Memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia dengan Mengadakan Karnaval Budaya Di Desa Tebuwung Dukun Gresik

Unusa
Warga Desa Tebuwung Dukun Gresik. Mengadakan acara Karnaval Budaya yang di selenggarakan pada tanggal 25 Agustus 2024. Untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan. Ini adalah salah satu peserta Karnaval Budaya yang merebutkan juara Ke 1 di acara Karnaval Budaya tersebut. Dengan kreativitas dan kekompakan warga dengan mengambil tema yaitu Seni Budaya Bantengan yang saat ini populer dengan sebutan Mberot.
Seni budaya bantengan merupakan tradisi leluhur maknanya keberanian. Seni budaya Bantengan adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Timur, khususnya dari daerah Malang, Jombang, dan Mojokerto. Kesenian ini menampilkan aksi yang memadukan gerakan tari, musik, dan atraksi teatrikal dengan menggunakan kostum yang menyerupai banteng (lembu atau sapi jantan). Sebagai bagian dari warisan budaya Jawa, seni Bantengan tidak hanya menjadi hiburan rakyat, tetapi juga memiliki makna spiritual dan nilai-nilai filosofis yang mendalam.
Asal usul dari sejarah Kesenian Bantengan ini dipercaya telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Awalnya, kesenian ini muncul sebagai bagian dari ritual adat dan kegiatan spiritual masyarakat agraris Jawa yang bertujuan untuk memohon perlindungan dan kesuburan hasil panen. Seiring waktu, seni Bantengan mengalami perkembangan dan menjadi salah satu bentuk kesenian rakyat yang populer di Jawa Timur.
Bantengan juga diyakini memiliki akar yang terkait dengan kisah mitologi dan legenda Jawa, seperti cerita tentang para prajurit Majapahit yang menggunakan topeng banteng untuk menakut-nakuti musuh di medan perang, atau kisah tentang seorang tokoh sakti yang memiliki kemampuan mengendalikan kekuatan seekor banteng.
Karakteristik seni bantengan ini adalah
1. Kostum dan Properti: Seni Bantengan ditandai dengan penggunaan kostum utama berbentuk kepala banteng yang terbuat dari anyaman bambu dan dihiasi dengan bulu atau kain. Bagian badan pemain biasanya ditutupi dengan kain atau bahan lain yang menyerupai tubuh banteng. Selain itu, properti tambahan seperti cambuk, tongkat, dan pedang sering digunakan untuk melengkapi atraksi ini.
2. Musik Pengiring: Musik dalam seni Bantengan sangat penting untuk mengatur ritme dan suasana pertunjukan. Biasanya, musik dimainkan dengan menggunakan alat musik tradisional Jawa seperti kendang, gong, kenong, dan terompet. Irama musik sering kali berubah dari pelan menjadi cepat, mengikuti gerakan dan alur cerita yang sedang dibawakan.
3. Gerakan Tari: Gerakan dalam seni Bantengan memadukan unsur tari tradisional Jawa dengan gerakan-gerakan khas yang menirukan gerakan banteng, seperti melompat, berlari, dan menyeruduk. Gerakan-gerakan ini menampilkan ketangkasan, keberanian, dan kekuatan, yang menjadi simbol utama dari seni ini.
4. Unsur Mistis: Seni Bantengan sering kali disertai dengan unsur mistis dan ritual, seperti trance (kesurupan). Dalam beberapa pertunjukan, pemain yang memerankan banteng atau tokoh tertentu dapat mengalami kesurupan, yang diyakini sebagai bentuk kontak dengan roh leluhur atau roh pelindung. Hal ini menambah nuansa magis dan misterius pada pertunjukan Bantengan.
Makna filosofis dan nilai budaya dari Seni Bantengan ini mengandung berbagai nilai dan filosofi yang mendalam. Banteng, sebagai simbol utama, melambangkan keberanian, kekuatan, dan semangat juang. Dalam konteks budaya Jawa, Bantengan juga merepresentasikan hubungan harmonis antara manusia dan alam, di mana manusia diingatkan untuk selalu menjaga keseimbangan alam dan menghormati kekuatan-kekuatan spiritual yang ada di sekitarnya.
Selain itu, seni Bantengan juga mengajarkan nilai kebersamaan dan gotong royong, karena pertunjukan ini melibatkan banyak orang, mulai dari pemain, pemusik, hingga masyarakat yang berpartisipasi sebagai penonton atau pendukung acara.
Pelestarian seni bantengan di tengah perkembangan zaman dan modernisasi, seni Bantengan terus berupaya untuk tetap eksis dan relevan. Beberapa komunitas seni dan kelompok kesenian di Jawa Timur aktif mengadakan pertunjukan Bantengan, baik dalam acara-acara adat, festival budaya, maupun pertunjukan di luar daerah.
Upaya pelestarian juga dilakukan melalui program-program pendidikan budaya di sekolah, dokumentasi, serta pengenalan seni Bantengan kepada generasi muda. Seni ini sering kali dimodifikasi atau dikombinasikan dengan unsur-unsur kontemporer agar tetap menarik minat masyarakat modern tanpa meninggalkan akar tradisionalnya.
Kesimpulannya yaitu Seni budaya Bantengan adalah salah satu kekayaan budaya Nusantara yang penuh makna dan nilai historis. Keberanian, kekuatan, dan hubungan manusia dengan alam yang tercermin dalam seni ini menjadikannya sebagai simbol keberagaman dan identitas budaya Jawa Timur. Dengan upaya pelestarian yang terus dilakukan, seni Bantengan diharapkan dapat tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang untuk mencintai dan melestarikan warisan budaya leluhur mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LOLOS SELEKSI PERTUKARAN MAHASISWA MERDEKA (PMM) TAHUN 2023, MAHASISWA K3 UNUSA, BERANGKAT BELAJAR KE POLITEKNIK NEGERI BATAM SELAMA 1 SEMESTER

Sosialisasi Learning Management System dan Sistem Informasi Manajemen (SIM)untuk Kesiapan Pendidikan Berbasis Digital di Unusa